15 Feb 2009

Harapan Pada Obama


DUNIA HANYA BERHARAP PADA KHILAFAH,

    BUKAN OBAMA

Buletin Al-Islam Edisi 429



Dunia baru saja menyaksikan, Barack Obama akhirnya terpilih<br />menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-44. Banyak kalangan di<br />seluruh dunia, termasuk Dunia Islam, menyambut gembira kemenangan<br />Barack Hussein Obama sebagai presiden Amerika Serikat. Banyak kalangan<br />berharap, Obama akan menyelamatkan Amerika Serikat dan membawa<br />perubahan yang besar terhadap dunia. Harapan yang sama juga muncul<br />dari sebagian umat Islam. Di dalam negeri, misalnya, Ketua MPR RI<br />Hidayat Nurwahid berharap, Barack Obama mampu menghadirkan tata dunia<br />baru yang tidak lagi berbasis pada hegemoni arogan Amerika Serikat<br />(AS) yang selama ini dijalankan oleh pemerintahan Presiden George W<br />Bush. "Saya berharap Obama juga melahirkan tata dunia baru yang lebih<br />berkeadilan, termasuk dalam konteks Timur Tengah," tegasnya.<br />(<a href="http://hnw.or.id/">Hnw.or.id</a>, 7/11/2008).



Obama dan Perubahan?





Banyak kalangan menilai, kemenangan Obama adalah<br />kemenangan "perubahan". "Perubahan" bahkan menjadi tema utama yang<br />berkali-kali disuarakan Obama di hadapan publik AS. Namun, dalam<br />konteks politik luar negeri AS, khususnya terhadap Dunia Islam,<br />harapan atas "perubahan" kebijakan AS terhadap Dunia Islam tampaknya<br />tidak bakalan terwujud. Ini bisa dilihat dari janji-janji "perubahan"<br />Obama saat kampanye, utamanya di bidang pertahanan dan luar negeri. Di<br />antara janji "perubahan" itu adalah: mengirim pasukan lebih banyak ke<br />Afganistan, melawan terorisme global, menyusun kekuatan internasional<br />untuk menekan Iran dan mencegah Iran mengembangkan nuklir (Republika,<br />6/11/2008).



Sepintas, memang ada beberapa janji perubahan ke arah positif<br />yang dikatakan Obama seperti: menarik pasukan dari Irak, beralih dari<br />unitelarisme ke politik multilateralisme, mengedepankan kerjasama dan<br />diplomasi dan mempercepat perdamaian Timur Tengah. Namun, tentu saja<br />itu hanya dalam tataran strategi politik, sama sekali tidak menyentuh<br />paradigma politik AS yang imperialistik (bersifat menjajah). Pasalnya,<br />AS tetaplah negara utama pengemban ideologi Kapitalisme, dan<br />penjajahan/imperialisme adalah metode baku politik luar negerinya.



Karena itu, AS di bawah Obama sekalipun, tetap akan mendukung<br />penjajahan Israel atas Palestina, misalnya. Dalam kampanyenya sebelum<br />menjadi presiden, Obama bahkan berkali-kali menegaskan dukungannya<br />atas Israel, "Saya berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan<br />apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya<br />menjamin keamanan Israel tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa<br />maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun<br />lalu," demikian salah satu kutipan pidato Obama.



Pernyataan ini diperkuat oleh Juru Bicara Obama, "Obama akan<br />menghormati kesepakatan-kesepakatan yang sudah dilakukan terkait<br />dengan bantuan dana bagi Israel dan akan mengusahakan agar bantuan itu<br />ditingkatkan sampai 30 miliar dolar AS dalam jangka waktu 10 tahun."<br />(Suaramedia.com, 6/10/08).





Sebagai Negara Ideologis, AS Tak Akan Berubah





Mengomentari terpilihnya Obama, Taji Mustafa, perwakilan media<br />Hizbut Tahrir Inggris mengatakan, "Amerika bukanlah satu<br />orang...Amerika adalah sebuah negara kapitalis dengan seperangkat<br />kebijakan luar negeri kapitalis, yakni untuk menjajah negara-negara<br />lain. Dengan cara itulah, negara itu senantiasa mencari cara untuk<br />mempertahankan dominasinya di Dunia Islam dan terus melanjutkan agenda<br />eksploitasi kapitalisnya..." (<a href="http://hizb.org.uk/">Hizb.org.uk</a>, 5/11/2008)



Karena itulah, siapa saja yang menjadi presiden AS dan partai<br />manapun yang berkuasa (Republik atau Demokrat) di AS, kebijakan AS<br />dalam menghadapi negara-negara Islam akan tetap sama. Bedanya, jika<br />Partai Republik berusaha meraih tujuan secara terang-terangan maka<br />Partai Demokrat menginginkan hal yang sama, tetapi dengan cara yang<br />lebih halus. Misal, dalam kasus Irak, Obama memang berencana akan<br />menarik pasukan AS secara bertahap dari Irak. Namun, hal ini lebih<br />karena Obama sangat memahami bahwa selama ini hegemoni AS terhadap<br />dunia semakin pudar akibat pendudukan AS terhadap Irak yang tidak<br />berdasarkan justifikasi yang kuat, di samping AS juga rugi besar di<br />Irak. Karena itulah, Obama lebih fokus pada Afganistan demi kembali<br />meraup dukungan penuh Eropa dan dunia. Rancangan inilah yang akan<br />dijalankan oleh AS untuk kembali merias wajahnya di hadapan dunia<br />setelah 8 tahun carut-marut akibat 'ulah' Bush.



Namun demikian, dunia tidak boleh melupakan<br />kejahatan AS di bawah Republik maupun Demokrat dalam hal<br />mengintervensi (baca: menyerang) negara lain. Setelah Perang Dunia II<br />saja AS—baik di bawah Republik maupun Demokrat—telah menyerang lebih<br />dari 20 negara di seluruh dunia seperti Yunani (1947-1949), Italia<br />(1948), Korea (1950-1953), Iran (1953), Guatemala (1954), Kongo<br />(1960), Kuba (1961), Vietnam (1969-1975), termasuk negara-negara lain<br />seperti Granada (1983), Libanon (1983), Libya (1958 dan 1983), Somalia<br />(1991-1992), Afganistan (1998-2004), Sudan (1998), Serbia, dan<br />terakhir Irak. Kebijakan AS yang barbar ini tentu akan terus<br />berlangsung dan kontinu.





Dunia Membutuhkan Khilafah





Dengan sedikit fakta di atas, sesungguhnya tidak layak dunia,<br />apalagi Dunia Islam, berharap pada kepemimpinan AS, meski yang<br />memimpin AS saat ini adalah Barack Obama. Dunia saat ini, tidak hanya<br />Dunia Islam, sesungguhnya membutuhkan Khilafah Islamiyah dan munculnya<br />kembali Imam al-A'zham (Pemimpin Agung), yakni Khalifah.



Umat Islam jelas membutuhkan Khilafah. Sebab, Khilafah adalah<br />kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menegakkan<br />hukum-hukum syariah dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru<br />dunia melalui dakwah dan jihad. Dengan Khilafahlah kaum Muslim bisa<br />benar-benar memenuhi secara praktis perintah dan seruan Allah SWT<br />kepada mereka:





]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ<br />وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[



Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan<br />Rasul-Nya jika dia menyeru kalian pada sesuatu yang memberi kehidupan<br />kepada kalian (QS al-Anfal [8]: 24).





Lebih dari itu, sebagaimana pernah disampaikan Syaikh Ismail<br />al-Wahwah, dengan tegaknya Khilafah, secara praktis:



1. Hukum-hukum syariah di tengah-tengah kaum Muslim<br />bakal tegak; hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka saat ini<br />bakal tersungkur.

2. Islam akan cepat tersebar ke seluruh dunia melalui<br />dakwah dan jihad.

3. Negeri-negeri kaum Muslim bakal dipersatukan di bawah<br />kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya Khilafah akan menandakan<br />berakhirnya keterceraiberaian kaum Muslim di lebih dari 50 negara<br />negara-negara kecil tak berdaya.

4. Ikatan ukhuwah islamiyah yang sejati bakal terwujud<br />menggantikan ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan yang<br />lainnya, yang telah memecah-belah kaum Muslim saat ini.

5. Umat mendapatkan kekuasaannya kembali yang telah<br />dirampas kaum kafir penjajah. Ini berarti pembebasan dari penghambaan<br />dan sikap membebek pada Barat kapitalis penjajah di seluruh aspek,<br />politik, budaya, pemikiran, ekonomi, pers media massa dan militer.

6. Negeri-negeri kaum Muslim yang dicaplok seperti Irak,<br />Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lainnya bakal dibebaskan.<br />Ini sekaligus juga berarti pengusiran terhadap militer asing agresor<br />yang telah menumpahkan darah, menyebabkan kehancuran dan menyemai<br />fitnah di negeri-negeri kita.

7. Kekayaan negeri-negeri Islam akan kembali ke pangkuan<br />kaum Muslim. Dengan begitu, terputuslah cengkeraman negara-negara dan<br />berbagai perusahaan Barat yang selama ini telah merampok kekayaan<br />umat. Ini saja sebenarnya sudah cukup untuk memutus rantai kemiskinan<br />sistemik yang sengaja dibuat di negeri-negeri kaum Muslim.

8. Kebaikan, keutamaan dan keadilan akan tersebar luas;<br />penjagaan atas darah, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum Muslim<br />akan senantiasa terwujud. Dengan itu, terputuslah siklus fitnah,<br />kerusakan, dan ketidakstabilan yang disemai oleh kafir Barat dan<br />antek-anteknya di negeri-negeri kaum Muslim.





Itulah sebagian arti berdirinya kembali Khilafah. Jika<br />demikian, betapa besar kerugian yang diderita kaum Muslim akibat<br />tiadanya Khilafah, dan betapa besar kebutuhan kita akan kembalinya<br />Khilafah.



Sementara itu, kebutuhan kaum non-Muslim di dunia terhadap<br />Khilafah adalah karena sesungguhnya umat manusia saat ini tengah<br />berada di dalam penderitaan, kenestapaan serta sedang menghadapi<br />ancaman yang membahayakan masa depan mereka akibat kekosongan<br />spiritualitas dan hegemoni Kapitalisme yang terbukti telah banyak<br />menimbulkan kehancuran di seluruh dunia.



Khilafah akan mampu membebaskan umat manusia dari keburukan<br />Kapitalisme ini dan berbagai kejahatannya serta dari kepemimpinannya<br />yang merusak. Khilafah akan meruntuhkan asas-asas sistem Kapitalisme<br />yang bersifat manfaat belaka. Sebaliknya, Khilafah akan mengobarkan<br />nilai-nilai spiritual, moral dan kemanusiaan di seluruh dunia.<br />Khilafah akan berupaya menghancurkan negara-negara penjajah, utamanya<br />Amerika.



Khilafah akan berupaya menempuh berbagai kebijakan yang<br />mengokohkan nilai-nilai perlindungan atas umat manusia, darah, harta,<br />kehormatan dan kemuliaannya. Khilafah akan mencegah terjadinya<br />peperangan yang sia-sia. Khilafah akan menjaga hak generasi-generasi<br />yang akan datang terhadap lingkungan yang bersih tanpa polusi.



Karena itulah, betapa umat manusia saat ini begitu membutuhkan<br />Khilafah Islamiyah dan Khalifahnya sebagai Imam al-A'zham (Pemimpin<br />Agung). Betapa umat manusia saat ini begitu membutuhkan kepemimpinan<br />Islam seperti ini, bukan kepemimpinan Kapitalisme yang dipimpin AS<br />dengan Presiden Obama-nya atau siapapun.



Walhasil, saatnyalah kita bersatu menegakkan Daulah Khilafah<br />Islam yang akan menerapkan dan menyebarluaskan Islam sebagai rahmatan<br />lil 'alamin. Mahabenar Allah Yang berfirman:





]وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ[



Tiadalah kami mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat<br />bagi semesta alam. (QS al-Anbiya' [21]: 107).







Komentar al-islam:



Golput Akibat Parpol Kecewakan Rakyat (Republika, 10/11/2008).



Itulah demokrasi. Parpol sering lebih memihak pemodal ketimbang rakyat.




<

p>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar